Dakwah kampus merupakan bagian
penting dari proses perbaikan masyarakat untuk menuju Indonesia yang madani. Dakwah
ini sesuai namanya yaitu proses dakwah islamiyah yang bertempatkan di kampus
dengan target dakwahnya yaitu masyarakat kampus. Seperti dakwah pada umumnya
yang sudah sunatullah akan mengalami problematika, maka dakwah kampus pun
memiliki problematikanya tersendiri. Terlebih di kampus Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) yang merupakan kampus pendidikan sehingga menjadi sangat
potensial untuk menerapkan nilai-nilai pemahaman dari suatu organisasi atau
kelompok. Hal ini dikarenakan mahasiswa dari kampus ini akan sangat potensial
pula untuk menyebarkan pemahamannya selama di kampus ketika lulus yang sebagian
besar bekerja sebagai tenaga pendidik. Keadaan ini menjadikan tantangan
sekaligus peluang bagi lembaga dakwah kampus untuk berperan lebih dalam dakwah
islam. Namun adakalanya justru tantangan dan masalah itu hadir tidak hanya dari
luar tetapi dari lembaga dakwah itu sendiri. Masalah yang banyak dihadapi dari
internal lembaga dakwah yaitu kefuturan para anggota lembaga dakwah, yang
menyebabkan program dakwah tidak maksimal dijalankan.
Padahal tantangan dakwah akan semakin
beragam seiring dengan perkembangan zaman. Maka tantangan ini haruslah diiringi
dengan kesiapan dan kematangan dari lembaga dakwah dalam menjawab tantangan
tersebut. Kesiapan ini dibutuhkan karena setiap tahun problematika dakwah akan
senantiasa berubah, maka dibutuhkan respon yang cepat menanggapi perubahan
problematika tersebut. Perubahan nyata problematika dakwah tersebut bisa kita
lihat sebagaimana yang terjadi tahun ini yaitu pandemi virus corona. Pandemi
virus corona membuat strategi dakwah yang sudah dirancang dari awal berubah
seiring dengan metode dakwah yang harus dilakukan dalam jarak jauh. Ini tentu
merupakan tantangan baru yang sebelumnya tidak pernah kita prediksikan. Maka
dalam hal ini kesigapan lembaga dakwah dalam mentransformasi program kerja dan
metode dakwah sangat menentukan keberhasilan dari dakwah kampus ini.
Kesigapan dalam menghadapi tantangan
dakwah ini tidak terlepas dari kualitas dan kuantitas penggerak lembaga dakwah tersebut.
Penggerak lembaga dakwah dalam hal ini yaitu mahasiswa yang tergabung dalam
lembaga dakwah kampus yang bisa kita sebut sebagai aktivis dakwah. Kualitas dan
kuantitas aktivis dakwah ini sangat menentukan keberhasilan program dakwah yang
telah direncanakan. Seberapa besar ketercapaiannya akan bergantung dari
pengelola program tersebut dalam menjalankannya.
Namun bagaimana ketercapaian ini akan
maksimal ketika para pengemban dakwah atau para aktivis dakwah justru memiliki
keimanan yang lemah. Istilah yang sering dipakai dalam hal ini yaitu futur,
yang merupakan suatu kondisi dimana keimanan seseorang melemah. Melemahnya
keimanan ini erat kaitannya dengan maksiat yang masih dilakukan, baik secara
sadar ataupun secara tidak sadar. Akibat hal ini maka sering terjadi anggota
dakwah yang hilang secara tiba-tiba tanpa kabar dengan dalil kesibukan di
organisasi lain atau kepentingan pribadi. Padahal sejatinya waktu yang ada itu
pasti cukup ketika setiap aktivis dakwah mampu mengatur waktunya dengan baik.
Inilah penyebab masalah internal yang harus senantiasa diwaspadai oleh setiap
anggota lembaga dakwah agar keberjalanan program dakwah menuai keberkahan dalam
setiap aktifitasnya.
Selain masalah dari pengemban dakwah,
masalah lain yang harus senantiasa dipahami oleh setiap aktivis dakwah adalah
kebijakan kampus khususnya di UPI. Hal ini dikarenakan keputusan perkuliahan
tahun 2021 masih belum diputuskan apakah akan tatap muka ataukah masih daring.
Walaupun menteri pendidikan dan kebudayaan sudah memperbolehkan kuliah tatap
muka, tapi keputusan akhirnya tetaplah kepada rektor dari masing-masing kampus.
Oleh sebab itu, para aktivis dakwah harus senantiasa siap untuk menerima setiap
tantangan dan perubahan kampus yang akan selalu bergerak dinamis dari masa ke
masa. Kesiapan akan semakin kuat ketika ruhiyah setiap aktivis tetap terjaga
dengan baik.
Maka dari itu untuk menghadapai
perubahan dan problematika yang ada dalam dakwah kampus sangat dibutuhkan para
aktivis dakwah yang selalu siap dalam perubahan zaman. Kesiapan ini akan
semakin paripurna ketika ruhiyah para aktivis senantiasa terjaga. Sehingga
keberkahan dalam dakwah apapun bentuknya akan senantiasa diperoleh. Karena yang
terpenting dari dakwah ini bukan sekedar kualitas dan kuantitas melainkan yang
paling agung adalah keridhaan Allah Swt.